Kamis, 11 Desember 2025

Wulan Guritno, Shaloom Razade, hingga Hamish Daud Bintangi Film Horor Malam 3 Yasinan, Official Trailer & Poster Dirilis! Membawa Horor Misteri Keluarga Konglomerat Pabrik Gula

Film Malam 3 Yasinan tayang mulai 8 Januari 2026 di bioskop Indonesia

Jakarta, 11 Desember 2025 - Helroad Films dan Alkimia Production mempersembahkan film horor terbaru berjudul Malam 3 Yasinan. Menjelang tayangnya film pada 8 Januari 2026 di bioskop Indonesia, Malam 3 Yasinan merilis official trailer yang menampilkan horor misteri keluarga konglomerat pemilik pabrik gula.

Official trailer Malam 3 Yasinan menampilkan intrik keluarga besar Opa Hendra (Piet Pagau). Selepas kematian Sara (Shaloom Razade) yang merupakan kembaran Samira-juga diperankan Shaloom, konflik keluarga besar semakin terkuak.

Selama ini, Opa Hendra ingin menjaga stabilitas keluarga besarnya: "Menjunjung tinggi kebaikan dan merahasiakan semua keburukan adalah yang dipercaya Opa Hendra.

Namun, intrik keluarga besar yang melibatkan pertumpahan darah menguak misteri tentang sesuatu yang sebenarnya terjadi di rumah besar Opa Hendra. Tentang apa yang terjadi pada kematian Sara.

Selain menampilkan visual yang menarik di tengah perkebunan tebu, adegan-adegan di trailer juga menghadirkan teror yang mengintai setiap anggota keluarga. Kini, Sara datang dengan penuh ancaman, bersiap melukai semua yang terlibat dan menutupi kebohongan.

Film Malam 3 Yasinan disutradarai oleh Yannie Sukarya, diproduseri Helfi Kardit, Wulan Guritno, Amanda Gratiana Soekasah, dan Janna Joesoef. Film ini dibintangi oleh Shaloom Razade, Farhan Rasyid, Wulan Guritno, Hamish Daud, Baim Wong, Piet Pagau, Amanda Gratiana Soekasah, Janna Joesoef, Izabel Jahja, Yasmine Aqeela, dan Tien Kadaryono.

Sebelumnya, official poster Malam 3 Yasinan juga sudah dirilis, menampilkan Shaloom Razade yang ditutupi kain renda bermotif bunga. Di poster tersebut, Shaloom menutup matanya, yang juga menandakan ia menampilkan peran sebagai Sara yang tak lagi bernyawa.

"Film Malam 3 Yasinan akan menjadi cerminan tragis tentang bagaimana obsesi pada kesempurnaan justru mengundang kehancuran. Ada dosa keluarga sendiri yang menghantui, dan itu yang akan menjadi sajian misteri dan teror di film ini," ujar produser dan pemeran film Malam 3 Yasinan Wulan Guritno.

"Di film ini saya ingin menghadirkan horor yang menguak dosa besar dari sebuah keluarga besar. Dengan teror supranatural yang tetap menjadi kemasan dan gaya utama di film ini, penonton akan menyaksikan kengerian teror dan drama misteri dari dalam rumah Opa Hendra," ujar sutradara film Malam 3 Yasinan Yannie Sukarya.

Film horor Malam 3 Yasinan akan menawarkan horor yang fresh. Alih-alih mengandalkan horor klenik semata, film ini mengeksplorasi misteri rahasia besar dari sebuah keluarga konglomerat. Perpaduan antara horor supranatural dan misteri keluarga di film ini menawarkan tontonan yang menjanjikan hiburan hingga akhir film. Film Malam 3 Yasinan juga bekerja sama dengan UIC College dan Aghi Narottama dalam menggarap OST dengan me-remake lagu Layu Sebelum Berkembang yang sebelumnya populer dibawakan oleh Tetty Kadi (1985).

Shaloom Razade, yang memerankan karakter kembar Sara dan Samira menuturkan memiliki tantangannya tersendiri. Kedua karakter tersebut memiliki latar belakang sifat yang bertolak belakang.

"Sara adalah karakter yang sangat mudah untuk dicintai, dia sangat berbeda dengan Samira. Tapi, Sara mengalami tragedi di hidupnya. Sementara itu, Samira lebih rebel di rumah keluarga besar yang semuanya serba diatur. Di film ini penonton bakal melihat bagaimana aku memerankan dua karakter yang sangat berbeda dan juga dalam wujud yang berbeda," ujar Shaloom Razade.

Film Malam 3 Yasinan menjadi produksi terbaru dari Alkimia Production yang sebelumnya telah memproduksi omnibus Dilema (2012) dan film panjang I Am Hope (2016). Melalui film terbaru, Alkimia berkomitmen untuk menghadirkan karya yang menghibur bagi penonton Indonesia dan memberikan cerita yang beragam dari berbagai genre.

"Malam 3 Yasinan adalah produksi horor perdana bagi Alkimia Production. Lewat film ini, kami ingin menghadirkan kisah yang dekat ke penonton melalui pesan tentang kebohongan yang disimpan rapat demi martabat, akan mendatangkan akibat buruk, apalagi jika telah mengambil nyawa manusia. Ke depan, kami ingin terus menghadirkan karya-karya inovatif dan mengeksplorasi kekayaan cerita dan ragam genre," ujar produser Amanda Gratiana Sockasah.

Ikuti terus perkembangan terbaru film horor Malam 3 Yasinan melalui akun media sosial resmi Helroad Films dan Alkimia Production. Tonton film horor Malam 3 Yasinan mulai 8 Januari 2026 di bioskop Indonesia.

Film Para Perasuk Karya Wregas Bhanuteja Wakili Indonesia, World Premiere dan Berkompetisi di World Cinema Dramatic Competition di Sundance Film Festival 2026

Menghadirkan jajaran aktor terkemuka, menjadi 1 dari 10 film internasional yang terpilih dari ribuan kandidat.

Jakarta, 11 Desember 2026 - Kabar bahagia datang dari perfilman Indonesia. Film terbaru penulis & sutradara Wregas Bhanuteja, persembahan Rekata Studio, Para Perasuk resmi mengumumkan akan tayang perdana (world premiere) di Sundance International Film Festival 2026. Para Perasuk juga resmi terpilih masuk dalam WORLD CINEMA DRAMATIC COMPETITION Sundance Film Festival 2026. Dibintangi oleh jajaran A-List generasi saat ini perfilman Indonesia: Angga Yunanda, Maudy Ayunda, Bryan Domani, dan Chicco Kurniawan. Serta menggandeng superstar internasional Anggun, yang melakukan debut untuk film panjang Indonesia. Segera akan tayang di Indonesia.

Setelah sukses dengan Penyalin Cahaya (2021) dan Budi Pekerti (2023), Para Perasuk merupakan film panjang ketiga Wregas Bhanuteja bergenre drama supranatural yang memadukan elemen fantasi, psikologis juga lintas seni. Di film ini, Wregas menulis bersama Alicia Angelina dan Defi Mahendra. Film ini diproduseri oleh Siera Tamihardja, Iman Usman, dan Amalia Rusdi, dan merupakan film ko-produksi Indonesia, Singapura, Prancis, dan Taiwan.

Film Para Perasuk mengikuti kisah Bayu (Angga Yunanda), pemuda yang bertekad menjadi perasuk andal di desanya, Latas. Latas merupakan sebuah desa di pinggiran kota kecil, yang dikenal dengan pesta kerasukan tradisionalnya, sebuah ritual dan menjadi hiburan yang sudah lama diwariskan secara turun-temurun.

Ketika mata air suci tempat para perasuk mencari roh sedang menghadapi ancaman, Bayu bertekad menjadi pemimpin pesta kerasukan untuk penggalangan dana besar-besaran demi bisa menyelamatkan mata air tersebut. Namun, dalam perjalanannya, Bayu menemukan bahwa ambisi saja tidak cukup untuk menjadikannya perasuk sejati, atau untuk menyelamatkan desa yang telah menjadi rumahnya selama ini.

"Kami selalu percaya bahwa cerita Indonesia punya ruang besar untuk berdiri sejajar di panggung dunia. Setelah proses yang panjang, kami bangga mengumumkan bahwa Para Perasuk terpilih sebagai satu dari hanya sepuluh film internasional yang berkompetisi di World Cinema Dramatic Competition Sundance 2026, salah satu section kompetisi paling bergengsi di Sundance yang hanya menampilkan 10 film internasional terpilih dari ribuan kandidat. Kami juga akan melakukan penayangan perdana (world premiere) di sana, sebelum tayang di Indonesia nantinya", ujar produser Iman Usman.

Cerita ini terinspirasi dari eksplorasi Wregas terhadap fenomena tradisi pesta kerasukan yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

"Film ini saya buat dengan maksud untuk membalikkan perspektif di mana biasanya kerasukan dipakai untuk menakut-nakuti. Film ini dihadirkan dengan humanis dan memperlihatkan sisi kemanusiaan dari orang-orang yang terlibat dalam pesta kerasukan. Saya ingin menggambarkan bahwa kerasukan adalah cara untuk meraih kebahagiaan bagi masyarakat setempat, sarana melepas beban dari keseharian. Meskipun setting di film ini bersifat fiktif, namun sebenarnya tradisi kerasukan banyak ditemui di berbagai belahan daerah/bahkan dunia, jadi saya rasa film ini bisa menjadi cerita yang universal dan dapat dinikmati di mana saja," ujar penulis dan sutradara Para Perasuk Wregas Bhanuteja.

Angga Yunanda, yang sebelumnya juga telah bekerja sama dengan Wregas di film Budi Pekerti dan mendapatkan nominasi Piala Citra dalam kolaborasi sebelumnya, dipilih karena ia memiliki disiplin dan komitmen dalam keaktoran yang terus bertumbuh semakin matang. Bagi Wregas, Angga bisa merefleksikan ambisi yang dimiliki Bayu.

"Bekerja sama kembali dengan Wregas dan memerankan karakter baru sebagai Bayu di film Para Perasuk membawa saya ke perjalanan baru dalam mengeksplorasi keaktoran. Di film ini, saya dituntut untuk menampilkan sisi yang sebelumnya belum pernah saya eksplorasi. Berkolaborasi bersama jajaran pemeran lain yang juga memberikan dedikasi mereka untuk menampilkan yang terbaik di film ini adalah pengalaman yang sangat berharga," ujar Angga Yunanda.

Sundance International Film Festival adalah salah satu festival film legendaris di Amerika Serikat yang pertama kali berlangsung pada 1978. Festival film ini merupakan festival film independen terbesar di dunia. Tahun ini, Sundance akan berlangsung pada 22 Januari-1 Februari 2026. Film Para Perasuk terpilih dari total 16.201 film submissions (termasuk 2.579 film panjang internasional) dari 164 negara.

Sebelum terpilih di World Cinema Dramatic Competition Sundance International Film Festival 2026, film Para Perasuk telah mendapatkan penghargaan CJ ENM Award pada ajang Asian Project Market yang menjadi rangkaian Busan International Film Festival (BIFF) 2024.

Di Sundance, Para Perasuk berkompetisi dengan total 9 film lainnya di program World Cinema Dramatic Competition. Sebelumnya, film pendek karya Wregas Bhanuteja, Tak Ada yang Gila di Kota Ini juga pernah berkompetisi di Sundance 2020 di program International Narrative Short Films.

Ikuti terus perkembangan terbaru tentang film Para Perasuk melalui akun Instagram resmi @filmparaperasuk dan @rekatastudio. Tonton film Para Perasuk di bioskop Indonesia segera!


Rabu, 10 Desember 2025

Trailer "Tuhan, Benarkah Kau Mendengarku?" Revalina S. Temat Diuji Saat Mantan Suami dan Istri Barunya Tinggal Serumah

Poster dan Trailer Resmi Dirilis - Tayang 29 Januari 2026 di Bioskop

Jakarta, 10 Desember 2025 - Paragon Pictures dan Ideosource Entertainment resmi merilis official poster dan trailer film drama religi Tuhan, Benarkah Kau Mendengarku?, karya terbaru sutradara Jay Sukmo. Trailer menampilkan bagaimana Sarah (Revalina S. Temat) diuji dari segala arah ketika ia harus menampung mantan suaminya, Satrio (Gunawan Sudrajat), beserta istri mudanya Annisa (Megan Domani) di rumahnya sendiri.

Keputusan itu membawa konsekuensi besar: fitnah yang merusak nama baiknya, tekanan sosial dari para tetangga, dan hubungannya dengan sang putri, Laila (Annisa Kaila), yang kian memburuk. Di tengah kekacauan itu, hadir Dimas (Roy Sungkono), yang justru membuat posisi Sarah semakin terjepit di antara pilihan, persepsi orang, dan harga dirinya sendiri.


"Film ini adalah refleksi tentang perempuan yang mempertaruhkan harga diri, anaknya, dan masa depannya. Sarah diuji dari segala arah oleh keluarga, lingkungan, bahkan dirinya sendiri," ujar produser Robert Ronny.

Revalina S. Temat turut menyoroti kedalaman karakter yang ia perankan. "Sarah berada di titik terendah hidupnya dan harus memilih apakah ia mau bangkit atau tenggelam. Perjalanannya penuh luka, tetapi juga penuh keberanian. Kisah ini menjadi penguat bagi para perempuan, khususnya para single mother, bahwa mereka tidak pernah berjalan sendirian."


Film ini dibintangi oleh Revalina S. Temat, Gunawan Sudrajat, Megan Domani, Annisa Kaila, Roy Sungkono, Risma Nilawati, Dhawiya Zaida, Daniella Sya, Alex Abbad, Sheila Kusnadi, Venly Arauna, serta Ustadzah Shofwatunnida.

Tuhan, Benarkah Kau Mendengarku? merupakan kolaborasi Indonesia-Malaysia bersama Astro Shaw, dan turut didukung oleh Netzme, KMIF, WOW Multinet Pictures, serta Virtuelines Entertainment.


Ikuti informasi terbaru melalui Instagram resmi @paragonpictures.id. Saksikan Tuhan, Benarkah Kau Mendengarku? mulai 29 Januari 2026 di seluruh bioskop Indonesia.

Selasa, 09 Desember 2025

Finger Eleven Kembali Setelah 1 Dekade Dengan Album Penuh Mereka, “Last Night On Earth”


Band rock multi-platinum asal Kanada, Finger Eleven, resmi merilis single terbaru mereka yang berjudul ‘The Mountain’ bersamaan dengan peluncuran album studio pertama mereka dalam satu dekade, “Last Night On Earth”, yang juga dirilis via Better Noise Music. Album ketuju ini sekaligus menandai kolaborasi pertama mereka dengan label tersebut.

Dalam proses kreatifnya, Finger Eleven mengaku banyak terinspirasi oleh Phil Collins dan Genesis, terutama dalam sentuhan melodi yang terdengar kuat di album ini. Gitaris band, Rick Jackett, menyebut pembuatan album ini sebagai momen kembali ke “big rock sound” yang pernah mereka bangun di awal karier. ‘The Mountain’ yang merupakan single keempat dari album ini, digambarkan sebagai lagu epik berdurasi 4 menit yang memiliki nuansa lirik tentang perjalanan kreatif dan pencarian ide baru. Vokalis band, Scott Anderson, menjelaskan bahwa lagu ini memakai latar fantasi untuk menggambarkan musik mereka sendiri. 

Sebelumnya, Finger Eleven, telah merilis 3 buah single, yaitu:

‘Last Night On Earth’,
sebuah lagu akustik tentang konflik hubungan.

‘Blue Sky Mystery’,
kolaborasi dengan Richard Patrick dari Filter yang berhasil masuk ke Top 10 Radio Kanada.

‘Adrenaline’,
hit rock bertenaga yang berhasil mencapai Top 20 di Mediabase Active Rock Chart dan sempat bertahan lama di Top 5 Chart Karaoke.

Berawal dari Burlington, Ontario, Finger Eleven dikenal lewat sederet album sukses dari lagu-lagu hit seperti ‘One Thing’ hingga ‘Paralyzer’. Mereka pernah memenangkan Juno Award untuk Rock Album of The Year dan terus mempertahankan posisi sebagai salah satu band Rock Kanada paling berpengaruh. Bersamaan dengan perilisan album, Finger Eleven memulai tur nasional di Kanada mulai 25 November dengan rencana tur Amerika Serikat menyusul di 2026.

Album - Last Night On Earth

Adrenaline

Blue Sky Mystery

Colo Concrete

Lock Me Up

Last Night On Earth

The Mountain

Perfect Effigy

Wall Dogs

Laughing At The Storm

Body And Mind

"Mertua Ngeri Kali": Film yang Terlalu Dekat dengan Realita Keluarga Indonesia


Jakarta, 9 Desember 2025 - Hidup serumah dengan mertua? Tinggal bareng keluarga besar yang kadang bikin kepala panas, tapi kalau berjauhan satu hari saja langsung kangen? Kalau itu terdengar seperti hidup kamu, film Mertua Ngeri Kali yang dibintangi Bunda Corla akan terasa terlalu relate untukmu.

Film terbaru produksi Im-a-gin-e ini menangkap dinamika keluarga Batak yang ramai, ribut, penuh drama, tapi tetap hangat. Dari omelan tanpa henti sampai pertengkaran yang berulang setiap hari, Semua diramu jadi komedi keluarga yang pasti bikin banyak orang bilang: "Eh ini rumah gue banget."

Keluarga Besar dalam Satu Atap: Resep Kekacauan Setiap Saat

Fenomena tinggal satu atap dengan keluarga besar bukan hal baru di Indonesia. Entah karena ekonomi, tradisi, atau sekadar kenyamanan, banyak pasangan muda akhirnya berbagi rumah dengan orang tua, saudara, sampai sepupu. Dan walaupun selalu ada cerita manis, kita semua tahu: semakin banyak kepala di satu rumah, semakin besar peluang dramanya.

Itulah yang terjadi pada Raja (Dimas Anggara) dan Andara (Naysilla Mirdad). Sebagai pasangan muda, mereka sebenarnya ingin kehidupan rumah tangga yang damai. Tapi sayangnya, mereka tinggal di rumah besar peninggalan ayah Raja, bersama seluruh keluarga besar, dan tentu saja, bersama Donda (Bunda Corla), sang mertua yang paling dominan, paling vokal, dan paling cepat tersinggung.

Antara Karier, Keluarga, dan Mertua

Di tengah kekacauan rumah, Andara juga harus menghadapi dilema lain yang sering dialami perempuan muda masa kini: membagi waktu antara karier dan keluarga.

Sebagai penulis skenario, Andara dikejar deadline setiap hari. Tapi setiap ia mencoba fokus bekerja, ada saja hal yang membuatnya gagal berkonsentrasi, mulai dari suara gaduh rumah akibat Donda dan teman-teman sosialitanya, sampai komentar Donda yang tidak pernah merasa puas.

Di mata Donda, Andara selalu salah. Bekerja dianggap mengabaikan keluarga. Istirahat dianggap malas. Membantu pun masih bisa disalahkan.

Konflik ini menjadi inti dari film: pertarungan antara volue generasi lama dan kebutuhan generasi baru. Bukan hanya tentang mertua yang cerewet, tapi juga tentang perempuan muda yang mencoba bertahan di tengah tuntutan dari dua arah, pekerjaan dan keluarga.

Dan di sinilah film Mertua Ngeri Kali terasa sangat manusiawi. Meski penuh konflik, tetap ada cinta yang menyelip di tengah semua kekacauan itu.


Mertua Ngeri Kali adalah cermin bagi banyak keluarga Indonesia: ramai, ribut, melelahkan, tapi penuh kasih sayang. Saksikan keseruan Raja, Andara, dan Donda mulai 11 Desember 2025 di seluruh bioskop Indonesia Ikuti terus info terbarunya di Instagram @mertuangerikali.film dan @im_a_gin_e.

Aina Abdul Hadirkan Sebuah Perjalanan Jiwa Lewat Masa Penuh Refleksi di Lagu Indonesia Berjudul “Sesaat”


Setelah hampir setahun tidak merilis karya solo terbaru, penyanyi sekaligus pencipta lagu Aina Abdul akhirnya kembali dengan single berjudul Sesaat. Lagu ini resmi dirilis pada disemua digital platform, menjadi jawaban dari penantian panjang para penggemar yang telah merindukan karya solo Aina sejak terakhir kali hadir dengan Imaji Deluxe Edition pada 25 Oktober 2024.

Diproduksi oleh Sony Music Entertainment Malaysia, Sesaat bukan hanya sekedar lagu baru, tapi juga sebuah perjalanan jiwa yang dilalui Aina setelah melewati masa penuh refleksi. Lebih istimewa lagi, proyek ini terwujud melalui kerja sama erat antara Sony Music Entertainment MAlaysia dan Sony Music Entertainment Indonesia, menjadikannya bukan sekedar perilisan musik, tetapi juga simbol kolaborasi lintas negara. Lewat Sesaat, Aina bersama Sony Music membuka ruang untuk menjangkau pendengar lebih luas, melintasi batas negara dan menyentuh hati para penikmat musik di Malaysia, Indonesia, hingga seluruh kawasan. Selama hampir setahun, Aina lebih banyak fokus pada penampilan panggung, proyek kolaborasi, duet bersama Fadhilah Intan, hingga penampilan spesial. Namun, single ini menjadi tanda kembalinya seorang penyanyi yang dikenal berani menyelami ruang hati terdalam dan menerjemahkannya lewat vokal penuh emosi yang khas.

Mengangkat kisah cinta yang hadir hanya sebentar, memberi harapan namun akhirnya pergi meninggalkan luka lebih dalam, Sesaat menjadi narasi universal yang dekat dengan siapa saja yang pernah dikhianati harapan. “Sesaat bercerita tentang seseorang yang setelah kecewa di masa lalu, bertemu cinta baru yang dikira mampu menyembuhkan luka. Namun, sayangnya, cinta itu hanya singgah sebentar sebelum menghilang tanpa kata.” “Kali ini aku benar-benar ingin memberikan sesuatu yang berbeda untuk penggemar. Sesaat memang bukan ciptaan aku, tapi sejak pertama kali mendengar melodi dan liriknya, hati aku langsung tepaut.”

“Aku tahu, inilah lagu yang bisa jadi hadiah buat mereka yang sudah lama menantikan karya solo aku. Ada sesuatu dari kisahnya yang terasa begitu dekat, manusiawi, sekaligus menyakitkan,” ungkap Aina. Lagu ini diciptakan oleh penulis dan komposer asal Indonesia: Trakast, Fabio Asher, Yafi Aria, dengan Yafi Aria dan Rico Andre sebagai produser. Aina yang bernama lengkap Nurul Aina Abdul Ghani mengakui bahwa Sesaat adalah perjalanan yang tidak mudah. Namun bagijnya, setiap pengorbanan itu sepadan demi menghadirkan karya dengan jiwa dan kualitas terbaik.

“Untuk mewujudkan karya ini, aku rela bolak-balik ke Jakarta berkali-kali. Sesaat adalah cerita tentang kehilangan yang berulang. Tapi menurutku, ini juga tentang kekuatan, bagaimana kita bisa bangkit meski luka terasa semakin dalam. Aku ingin lagu ini menjadi ruang bagi pendengar untuk berbagi rasa, entah saat mereka berduka atau sedang mencari makna di setiap detik hidup mereka,” tambah Aina. Sebagai penyanyi yang dikenal dengan kekuatan vokal serta kemampuannya menghidupkan cerita melalui nyanyian, Sesaat menjadi bukti bahwa Aina tak pernah takut menelusuri sisi rapuh dan jujur dalam dirinya. Bagi Aina, peluncuran Sesaat sangat berarti karena menandai fase baru dalam perjalanan seninya. Setelah hampir setahun tanpa single solo, ia merasa terharu bisa kembali menghadirkan karya yang lahir dari jiwanya untuk penggemar.

“Saya sangat bahagia akhirnya bisa berbagi Sesaat dengan semua orang. Peminat sering bertanya kapan saya akan merilis lagu solo baru, dan sekarang waktunya telah tiba. Lagu ini begitu istimewa karena meski bukan ciptaan saya sendiri, tetap terasa sangat personal. Saya ingin semua orang merasakan apa yang saya rasakan saat pertama kali mendengarnya,” tuturnya. Selain itu, Aina melihat Sesaat sebagai awal dari era baru dalam kariernya. Dengan kolaborasi internasional dan pendekatan produksi segar, Aina ingin terus berkembang bukan hanya dikenal lewat vokalnya, tetapi juga keberaniannya mencoba hal-hal baru.

Sesaat sekaligus menjadi titik mula eksplorasi musikalitasnya, tanpa meninggalkan identitas penuh emosi yang melekat. “Setiap lagu punya masanya, dan Sesaat adalah permulaan babak baru untukku sebagai artis. Aku ingin penggemar tahu bahwa aku selalu mencari cara untuk bercerita lebih dalam lewat musik. “Harapanku, ketika mereka mendengar lagu ini, mereka bukan hanya mendengar suaraku, tapi juga merasakan jiwaku yang ingin dekat dengan mereka,” kata Aina.

Senin, 08 Desember 2025

FLOAT Rayakan 21 Tahun Perjalanan di Ekosistem Musik Melalui di “Dimabuk Cahaya”


Setelah lebih dari 2 dekade mewarnai musik Indonesia, Float kembali lewat single terbaru mereka, ‘Dimabuk Cahaya’. Single ini bukan merupakan single comeback dan bukan juga gebrakan dadakan melainkan lanjutan nafas yang sudah mereka embuskan sejak awal yaitu karya yang jujur, organik, dan penuh rasa. Dengan formasi terbarunya yang berisi Hotma “Meng” Roni Simamora (vokal/gitar), Timur Segara (drum), David Qlintang (gitar) dan Binsar Tobing (bass), lagu ‘Dimabuk Cahaya’ ini adalah cara sederhana untuk mengatakan bahwa perjalanan mereka belum selesai. “Ini bukan comeback,” kata Meng. “Kami cuma meneruskan nafas yang sama, tapi mungkin warnanya beda, lebih segar,” lanjutnya.

Jika membahas tentang Float sendiri, mereka mengidentikkan band mereka dengan ‘mengapung’: posisi yang tidak terlalu tinggi, tidak tenggalam tapi tetap ada dan stabil. Filosofi inilah yang dirasa paling ideal di tengah dunia musik yang semakin cepat dan penuh tuntutan untuk menjadi viral. “Kami tidak perlu ikut ribut agar terlihat relevan. Yang penting jujur dengan karya kami sendiri,” kata Binsar. Itulah mengapa, ‘Dimabuk Cahaya’ dihadirkan Float sebagai bentuk perlawanan halus terhadap tekanan alogaritma. Lagu ini mengajak pendengar untuk berhenti dan benar-benar mendengar. Secara musikalitas, single ini punya warna vintage ala 70-an yang hangat, organik, serta berkarakter. Meng terinspirasi dari lagu tema James Bond yang berjudul ‘You Only Live Twice’.

Sementara secara lirik, ‘Dimabuk Cahaya’ mengangkat tema kejujuran dan kesadaran. Bukan cahaya yang lembut tapi justru yang “menelanjangi” hal-hal yang sedang disembunyikan. Float bahkan menganggap cahaya sebagai sebuah simbol akan pengetahuan dan iman, sesuatu yang terkadang menyakitkan tapi tetap membebaskan. David juga mengatakan bahwa “Yang terpenting, lewat lagu ini kami merasa lebih hidup!” Lagu ini sudah tentu sangat cocok diputar saat sedang sendiri, menikmati perjalanan malam atau bahkan ketika ingin meresapi sesuatu yang tenang namun menggugah. Lewat lagu ini, Float tidak sedang mengejar tren. Mereka justru hanya memastikan cahaya yang menuntun mereka sejak awal masih menyala dan kali ini mereka berharap juga jika pendengarnya akan dapat merasakan itu semua.

Trailer & Poster Musuh Dalam Selimut Dilepas, Pengkhianatan Paling Kejam Datang dari Orang Terdekat


Jakarta, 8 Desember 2025 - Narasi Semesta resmi merilis trailer dan poster film terbaru Musuh Dalam Selimut.

Disutradarai Hadrah Daeng Ratu, film ini menghadirkan cerita tentang pengkhianatan. yang muncul dari lingkar paling dekat mengangkat fenomena yang kerap terjadi di kalangan anak muda dan pasangan pengantin baru masa kini, ketika sosok "teman" justru menjadi ancaman dalam rumah tangga.

Trailer memperlihatkan Gadis (Yasmin Napper) dan Andika (Arbani Yasiz) yang sedang membangun rumah tangga dengan rasa percaya yang tampak kokoh di awal.

Namun kedekatan pertemanan yang masuk ke wilayah personal perlahan menggeser batas, terutama ketika kehadiran Suzy (Megan Domani) semakin sering berada di pusat kehidupan mereka.


Dari hangatnya pertemanan, cerita bergerak menuju ketegangan emosional yang menuntun penonton pada satu pertanyaan besar: apakah kedekatan selalu berarti keamanan?

Hadrah Daeng Ratu menegaskan bahwa Musuh Dalam Selimut tidak berdiri sebagai kisah cinta segitiga konvensional. Menurutnya, penguatan latar karakter dan storytelling tiap tokoh menjadi kunci agar penonton memahami alasan di balik keputusan yang diambil setiap karakter.

"Background karakter yang kuat menjadi penting agar penonton tahu alasan yang dilakukan oleh mereka. Kisah perselingkuhan bukan hanya sekadar cinta segitiga biasa, tapi menceritakan trauma-trauma yang dihadapi karakter dalam menjalani hidupnya setelah melewati banyak luka," ujar Hadrah.

la menjelaskan, konflik inti film ini dibangun secara bertahap melalui kedekatan pertemanan yang terasa wajar terlebih dahulu. Dari sana, hubungan itu perlahan masuk ke dalam circle kehidupan tokoh utama, menanamkan berbagai informasi yang memantik kecurigaan hingga mendorong pencarian bukti tentang pengkhianatan yang terjadi.

"Dimulai dari membangun hubungan yang akrab dulu dari sebuah pertemanan, pelan-pelan sahabat itu masuk ke dalam circle kehidupan tokoh utama, membangun banyak planting informasi kecurigaan yang mengarah pada pencarian bukti kebenaran," katanya.

Hadrah menambahkan, pada akhirnya penonton akan dibawa pada kejelasan posisi konflik, termasuk siapa yang protagonis dan siapa yang antagonis di penghujung cerita.

Poster resmi yang dirilis bersamaan dengan trailer mempertegas nuansa intim sekaligus mencekam, mengisyaratkan bahwa ancaman terbesar tidak selalu datang dari luar, melainkan bisa bersembunyi di balik kehangatan relasi yang selama ini dipercaya.

Dengan tensi psikologis dan emosi yang dibangun perlahan, Musuh Dalam Selimut menawarkan pengalaman menonton yang lebih berlapis tentang cinta, loyalitas, luka, dan batas pertemanan yang bisa berubah menjadi bencana.


Film ini dibintangi Yasmin Napper, Arbani Yasiz, dan Megan Domani, dan akan tayang di bioskop mulai 8 Januari 2026.

Film Qorin 2 Membawa Horor Slasher! Menampilkan Sisi Lain Fedi Nuril Sebagai Slasher yang Mencari Keadilan Mencekam Sekaligus Relate dengan Isu Sosial!

Film Qorin 2 tayang mulai 11 Desember 2025 di bioskop Indonesia

Jakarta, 8 Desember 2025 - Sukses dengan film pertamanya, Rapi Films bersama SL23 didukung oleh Sky Media, Legacy Pictures, IDN Pictures, Nuon Digital Indonesia, dan Magma Entertainment merilis film horor terbaru, Qorin 2. Qorin 2 masih disutradarai oleh Ginanti Rona, dengan naskah ditulis oleh Lele Laila, film ini menampilkan horor slasher yang mencekam, namun sekaligus relate dengan isu sosial saat ini.

Film Qorin 2 mengikuti kisah Pak Makmur (Fedi Nuril), pemulung yang anaknya menjadi korban perundungan (bullying) di sekolah SMAnya. Pak Makmur mencari jalan untuk mendapat keadilan, dan anaknya bisa sekolah dengan aman. Tapi, alih-alih menindaklanjuti peristiwa tersebut, sekolah justru diam dan memilih untuk menjaga nama baik sekolah.

Pak Makmur pun mulai mencari jalan lain untuk mencari keadilan. Ia membangkitkan jin qorinnya untuk membalas dendam terhadap semua perilaku yang diterima anaknya. Namun, situasi kampung pun menjadi semakin suram, saat dari balik kegelapan muncul sosok berponco mengincar nyawa orang-orang kampung.

Cerita Baru yang Naik Level

Film Qorin 2 diproduseri oleh Susanti Dewi dan Sunil Samtani, dibintangi Fedi Nuril, Ali Fikry, Wavi Zihan, Muzakki Ramdhan, Seroja Hafiedz, Dimas Aditya, Indra Birowo, Epy Kusnandar, Sari Koeswoyo, Fitrie Rachmadhina, Gilang Devialdy. Vincentius Jeremhia, Ben Malaihollo, dan Quentin Stanislavski.

"Untuk penonton yang belum menonton film pertamanya, masih sangat bisa mengikuti film Qorin 2, karena memang secara ceritanya tidak ada kesinambungan. Pada dasarnya, benang merah dari film Qorin dan Qorin 2 adalah bagaimana seseorang memanggil jin qorin, dengan ritual yang ada. Namun, di film Qorin 2, yang menarik adalah isunya sangat relate dengan situasi sekarang, tentang bullying yang terjadi di lingkungan sekolah," ujar produser Sunil Samtani.

"Kami di SL23 ingin menaikkan level di film Qorin 2, dan sejalan dengan visi kami untuk memproduksi film-film yang bisa menggambarkan situasi sosial saat ini," ujar produser Susanti Dewi.

Ginanti Rona, yang sebelumnya juga telah menyutradarai film pertama Qorin, mengungkapkan antusiasmenya terhadap film Qorin 2. Ia bersyukur dipercaya kembali untuk menggarap film ini dengan cerita baru.

"Film Qorin 2 jauh lebih intens dibanding yang pertama. Secara pendekatan teknis juga ada peningkatan level baik secara skala produksi hingga artistiknya. Film Qorin 2 juga memiliki cerita yang lebih mendalam, dan semoga film ini bisa menghibur namun sekaligus menjadi cerminan terhadap peristiwa yang terjadi sekarang," kata sutradara Qorin 2 Ginanti Rona.

Sisi Lain Fedi Nuril

Fedi Nuril, aktor yang jarang terlibat dalam film horor, menyebutkan Qorin 2 membuatnya tertarik bergabung karena memiliki kedalaman cerita dan memberikan tantangan baru baginya. Di film ini, Fedi memerankan bapak yang mencari keadilan untuk anaknya yang menjadi korban bullying.

Namun, di sisi lain Fedi juga melihat dimensi keluarga tentang relasi orangtua dan anak. Di film ini, Fedi menjadi orangtua tunggal yang membesarkan Jaya (Ali Fikry), anak semata wayangnya yang ditinggal meninggal ibunya.

"Pak Jaya adalah seorang Bapak yang ingin mendapatkan keadilan, ketika anaknya dirundung di sekolah. Namun, ketika melapor ke pihak sekolah agar dapat diselesaikan, justru diabaikan. Makanya dia memilih untuk memanggil jin qorinnya untuk bisa mendapatkan keadilan dengan caranya," kata Fedi Nuril.

"Sebenarnya cerita utamanya adalah tentang keluarga, bagaimana hubungan orangtua dan anak. Sejauh mana cinta orangtua ke anaknya, dan bisa melakukan hal yang dianggap sebagai cara untuk melindungi sang anak. Itu semua terjadi atas dasar rasa keputus asaan yang dialami," tambah Fedi Nuril.

Ali Fikry Mengajak Korban Perundungan untuk Berani Bersuara

Di tengah situasi yang dihadapi Pak Makmur dan Jaya di sekolah, hanya ada satu sosok yang peduli, yakni Fitri, guru BP muda dan baru di sekolah tersebut. Fitri, yang diperankan oleh Wavi Zihan, ingin sekali membantu masalah yang dialami Jaya, tapi ia terbentur dengan berbagai faktor.

"Fitri adalah karakter guru yang jauh di dalam dirinya ingin membantu siapapun yang mengalami kesusahan. Tapi ia mengalami banyak tekanan eksternal. Sehingga ia pun tidak bisa berbuat banyak untuk menolong. Di tengah upayanya membantu murid-muridnya, ia justru dihadapkan pada situasi yang semakin parah di kampungnya," ujar Wavi Zihan.

Ali Fikry, yang memerankan Jaya dan banyak menjalin dinamika karakter bersama Fedi Nuril mengungkapkan Fedi adalah sosok aktor hebat. Ia juga banyak berdiskusi dengan Fedi tentang perannya dan relasi keduanya sebagai anak dan orangtua.

Ali mengungkapkan, Jaya adalah karakter yang menurutnya cukup berat diperankan. Sebab, Jaya adalah karakter yang menjadi korban perundungan.

"Kalau kalian menjadi korban perundungan, tolong reach out seseorang. Pasti ada yang mau mendengarkan apa yang menjadi kereshana kalian. Baik keluarga, teman, atau bahkan guru. Para pelaku perundungan itu kerap kali tidak sadar seberapa besar luka yang diberikan atau yang ditinggalkan ke korbannya. Film Qorin 2 adalah cerminan dari situasi sekarang yang terjadi, dan semoga bisa memunculkan keberanian untuk berbicara, melawan, dan minta tolong," kata Ali Fikry.


Tonton film Qorin 2 di bioskop Indonesia mulai 11 Desember 2025. Ikuti perkembangan terbaru melalui media sosial resmi Instagram @rapifilm dan @sl23studio.

Sinopsis

Fitri (Wavi Zihan), seorang guru BP muda, sudah beberapa lama mencurigai terjadinya perundungan terhadap muridnya, Jaya (Ali Fikry). Bukan hanya Fitri, bapak Jaya, Makmur (Fedi Nuril), juga sudah pernah meminta pihak sekolah menolong anaknya namun tidak digubris. Hal ini membuat Fitri terdorong mengusut kasus Jaya sendiri, dengan mencari saksi dan bukti dari warga. Namun, pencarian itu malah mengantarkan Fitri pada misteri lain di kampung, di mana orang-orang mulai bertindak bukan seperti diri sendiri, melainkan sebagai jin Qorin mereka. Semakin Fitri menelusuri, kaitan antara dua kasus semakin jelas, dan kejadian-kejadian mencekam pun semakin mengikuti.

Film Suka Duka Tawa Mendapat Sambutan Meriah di Closing JAFF 20, Ditambah Antusiasme Tinggi Saat Mendadak Screening Depok, Ajak Penonton Ikut Menertawakan Luka

Film Suka Duka Tawa tayang serentak di bioskop mulai 8 Januari 2026

Jakarta, 8 Desember 2025 - Film persembahan BION Studios dan Spasi Moving Image, Suka Duka Tawa menjadi closing film JAFF 2025. Mendapat antusiasme tinggi dari penonton bahkan sejak penjualan tiket yang terjual habis (sold out) pada hari pertama penjualan, Suka Duka Tawa menerima respons positif yang menutup gelaran festival film internasional terbesar Indonesia itu dengan hangat.

Kisah haru Tawa (Rachel Amanda) sebagai komika Stand Up Comedy yang ditinggal Bapaknya, Keset (Teuku Rifnu Wikana)-seorang komedian televisi terkenal, dan harus berjuang berdua bersama sang Ibu (Marissa Anita), mengarahkan Tawa untuk meregulasi trauma dan lukanya lewat panggung Stand Up Comedy. Komedi-komedinya mengalir dari pengalaman personalnya ditinggal sang Bapak, dan menghasilkan tawa paling keras yang datang dari lukanya yang paling dalam.

"Aco gila sih. Skripnya bahaya banget. Enzy lucu, semuanya bagus. Melihat performa mereka, what the fun! Dari berduka sampai tertawa, mix feeling banget," kata aktor, komedian Aming.

"Deskripsi yang tepat nonton filmnya Aco Tenri Suka Duka Tawa bisa dibilang kayak lagi scrolling FYP TikTok, dikasih nangis parah abis itu ketawa lagi. Gitu aja terus selama 2 jam," kata akun X @rifandaputri.

"I've been admiring karya-karya Aco Tenri dari zaman mv, series, film pendek, dan sekarang film layar lebar pertama. Akkk capek banget baru netes nangis, langsung kena punchliner. Indah sekaliii, cerdas, rispek," kata akun X @syafrz.


"Suka Duka Tawa ini menarik banget karena dia ngangkat hal yang jarang disentuh di film komedi. Filmnya kelihatan lucu di depan, tapi di dalemnya kita diajak lihat gimana seorang anak tumbuh dengan ayah yang hilang secara emosional, dan gimana itu ngebentuk cara dia melihat hidup, cinta, bahkan berkarier." kata akun Instagram @reno.muhammad.

Tidak berhenti diputar sebagai Closing Film JAFF 2025, film Suka Duka Tawa juga melanjutkan perjalanannya lewat Mendadak Screening di CGV Depok Mall pada Minggu, 7 Desember 2025. Antusiasme penonton pun sangat tinggi, hingga antrean mengular. Dalam special screening tersebut, penonton juga berkesempatan mendapatkan merchandise eksklusif yang sudah termasuk harga tiket.

Beragam reaksi pun muncul dari para penonton di Mendadak Screening Suka Duka Tawa. Banyak dari para penonton yang merasa dekat dengan film ini dan bisa merasakan berbagai roller coaster emosi. Mulai dari sedih, tertawa, hingga kangen dengan sosok Ibu.

Suka Duka Tawa disutradarai oleh Aco Tenriyagelli, dengan naskah yang ditulis oleh Indriani Agustina. Film ini diproduseri oleh Tersi Eva Ranti dan Ajish Dibyo, dan Ajeng Parameswari sebagai produser eksekutif.

"Di film ini, saya ingin berbicara tentang relasi orangtua dan anak. Ada banyak dari kita yang merasa canggung dan pada akhirnya sulit untuk berkomunikasi dengan orangtua, begitu juga sebaliknya orangtua sulit untuk mengungkapkan perasaan cinta ke anaknya. Dari panggung Stand Up Comedy yang menjadi bagian cerita di filmnya, saya ingin mengajak penonton untuk menertawakan luka, membuat sesuatu yang mengingatkan kembali untuk bisa tertawa bersama dengan keluarga, menjadi sesuatu yang paling berharga," kata penulis dan sutradara Aco Tenriyagelli.

Dalam perjalanan mewujudkan kolaborasi perdana BION Studios bersama Aco, produser eksekutif Ajeng Parameswari menyebutkan pembicaraannya sudah terjadi cukup lama. Tahun ini, ketika akhirnya film Suka Duka Tawa diputar sebagai closing film JAFF 2025, juga menjadi sebuah momen yang monumental.


"Film Suka Duka Tawa adalah cerita yang sangat unik, dan Aco membawa rasa di dalam ceritanya. Sehingga BION Studios memberikan kepercayaan penuh. Dan ketika film ini terpilih sebagai closing film di JAFF, cita-cita dari beberapa tahun lalu itu tercapai," ujar produser eksekutif Ajeng Parameswari.

"Aco adalah sutradara yang sangat terukur. Dia sangat bisa mempertanggung jawabkan bentuk kreatif yang ingin dicapainya," tambah produser Ajish Dibyo.

Rachel Amanda, yang memerankan Tawa di film Suka Duka Tawa adalah kolaborator lama Aco. Ia bahkan turut terlibat di film pendek pertama Aco yang kemudian tayang di JAFF. Bagi Amanda, melihat Aco akhirnya bisa merilis film panjang debutnya memberinya momen emosional.

"Kami tumbuh dan berkarya bersama. Dan ketika berada di momen ini, saat Aco akhirnya merilis film panjang debutnya, itu emosional bagiku. Aco selalu memiliki cerita yang fresh, baru, sekaligus dekat dengan kita, dan dia sebagai pembuatnya secara personal," kata Amanda.

"Di film ini, ada drama keluarganya yang relate dengan banyak orang. Terkadang kita berusaha mendekatkan diri dengan orang lain itu dengan tertawa, meski terkesan aneh dan canggung. Selain keluarga, juga ada cerita tentang pertemanan yang kuat sekali," tambah Amanda.

Marissa Anita, yang memerankan Ibu Cantik, ibu dari Tawa dan menjadi single mom, menuturkan sejak awal ia sudah sangat terkesima dengan ide dan cerita yang dibawa Aco.

"Film ini adalah kombinasi yang 'gila'. Aco bisa memainkan sesuatu yang mendalam tapi dibungkus dengan lucu. Di film Suka Duka Tawa penonton akan dibikin tertawa, mikir, dan menangis saat menontonnya," kata Marissa Anita.


Membawa Dunia Stand Up Comedy

Selain mengeksplorasi tentang relasi orangtua dan anak, Aco juga membawa dunia Stand Up Comedy di film Suka Duka Tawa. Bukan hanya sebagai selipan cerita, tetapi karakternya merupakan seorang komika Stand Up Comedy dan dunianya pun merupakan Stand Up Comedy.

Dalam dekade terakhir, industri Stand Up Comedy di Indonesia semakin dirayakan oleh masyarakat Indonesia. Banyak komika kini juga telah melakukan tur spesial Stand Up Comedy ke berbagai kota di Indonesia. Panggung-panggung Open Mic juga semakin bermunculan.

Aco juga banyak melibatkan para tokoh-tokoh Stand Up Comedy Indonesia. Tak hanya sebatas sebagai kameo, namun juga turut menjadi ansambelnya. Di antaranya adalah Bintang Emon, Arif Brata, dan Gilang Bhaskara, yang menjadi teman dari karakter utama Tawa.

"Selain mengangkat tentang drama keluarga, film ini juga mengangkat tema tentang dunia Stand Up Comedy. Aco sangat mengulik materinya benar-benar detail. Film Suka Duka Tawa menjadi film yang paling realistis dalam menceritakan kisah dari perjuangan seorang komika Stand Up Comedy," ujar Bintang Emon.

Ikuti perkembangan terbaru dari film Suka Duka Tawa persembahan BION Studios dan Spasi Moving Image melalui akun-akun media sosial resmi.

Catatan Produksi

Judul: Suka Duka Tawa
Produksi: BION Studios & Spasi Moving Image
Sutradara: Aco Tenriyagelli
Penulis: Indriani Agustina
Produser: Tersi Eva Ranti, Ajish Dibyo
Genre: Drama, Komedi, Keluarga
Pemain: Rachel Amanda, Teuku Rifnu Wikana, Marissa Anita, Bintang Emon, Gilang Bhaskara, Arif Brata, Enzy Storia, Myesha Lin, Nazira C. Noer, Mang Saswi, Abdel Achrian.

Wulan Guritno, Shaloom Razade, hingga Hamish Daud Bintangi Film Horor Malam 3 Yasinan, Official Trailer & Poster Dirilis! Membawa Horor Misteri Keluarga Konglomerat Pabrik Gula

Film Malam 3 Yasinan tayang mulai 8 Januari 2026 di bioskop Indonesia Jakarta, 11 Desember 2025 - Helroad Films dan Alkimia Production memp...